Kamis, 04 Juni 2015

Sedikit Cerita Tentang Astilbe.



Sedikit Cerita Tentang Astilbe.
a novel by Mufidatun Fauziyah
Selasa, 11:30 WIB.
Siang ini, aku baru saja menyelesaikan bacaan terbaru. Novel yang baru saja kubeli kemarin di Jogja saat acara #KampusFiksiEmas. Astilbe, novel karya Mufidatun Fauziyah, yang sebenarnya sudah sejak lama aku incar karena merasa penasaran dengan karya terbaru penulis novel Notes to You itu.
Pertama membuka halam pertama, aku langsung merasa menyatu dengan novel ini. “Bagaimana perasaanmu jika orang yang kau cintai bergandengan tangan dengan gadis lain? Sakitkah? Tentu saja.Tak usah kau tanya seperti apa rasa sakitnya. Yang pasti lebih sakit daripada saat hatimu ditusuk-tusuk belati.”—Astilbe, hal: 7.
Seperti inilah bunyi paragraf pertama novel ini. lalu aku pun berpikir, ini memang ciri khas Mbak Mufi yang selalu mengawali paragraf dengan kalimat tanya atau quotes, membuatku semakin memiliki ‘feel’ dan penasaran untuk terus membacanya.
Novel ini mengisahkan tentang Astilbe. Seorang gadis Denmark yang selalu mengalami kepahitan dalam kisah cintanya. Dia selalu disakiti, dikecewakan oleh pria-pria yang mengencaninya. Karena Astilbe tipe gadis dengan pembawaan yang lamban, bisa dikatakan dia gadis yang lelet dan memiliki tampilan yang lemas, “Mayat Hidup” adalah julukan yang diterimanya dari beberapa oarang di kampusnya, bahkan para pria yang mengencaninya pun mengatakan hal itu. Untuk itulah, dia sering ditinggalkan kekasihnya, dimarahi akibat kelambanannya.
“Kau tahu mengapa aku selingkuh Astilbe Valdemar? Karena aku tidak tahan dengan pembawaanmu yang lemah itu. Aku seperti berpacaran dengan mayat hidup. Kau menghabiskan waktuku untuk menunggumu. Sudah dua kali aku terlambat kuliah gara-gara menunggu mandimu, makanmu, bahkan jalanmu yang superlama itu!”
“Apa... tidak bisa dipertahankan?”
Pemuda itu menggeleng. “Entahlah.”—Astilbe, hal: 8.
Sakit? Tentu saja, gadis mana yang tidak merasa terluka jika ada seorang pria yang ia percayai akan mampu membahagiakan, dan memberi warna untuk hidupnya berbicara seperti itu.
Bukankah, sebagian pria memiliki watak yang tidak sabaran dalam menghadapi kelambatan seorang gadis? Ya seperti itulah. Sampai dia merasa putus asa dan berharap seseorang yang berbeda menghampiri hidupnya. Mengisi kekosongan hatinya dan juga mengobati lukanya.
Lalu seperti takdir yang sudah di gariskan oleh Tuhan. Astilbe bertemu kembali dengan pria di masa kecilnya. Pria bermata toska yang menggoyahkan hatinya, menggedor-gedor jantungnya setiap kali dirinya melihat pria tersebut. Villads Adam, seseorang yang baru saja kembali dari Amerika berhasil mengubah hidup Astilbe Valdemar. Membuat diri gadis itu keluar dari dirinya yang sebelumnya.
Dulu, Astilbe tidak pernah, bahkan dia tidak bisa berbohong pada siapa pun. Tapi karena Villads, dia rela melakukan kebohongan. Dia jatuh cinta pada pria yang dulu pernah ia temui di belakang rumahnya. Anak laki-laki yang dulu gendut, dan mengaku bernama Arthur itu kini telah berubah menjadi pemuda yang tampan. Dialah Villads Adams, anak kecil yang dulu diangkat keluarga Adams dari panti asuhan.
Namun sayang, hati Villads sudah terisi dengan nama lain. Tidak ada ruang untuk menampung nama Astilbe di dalamnya. Villads menantikan gadis kecil yang dulu selalu bersamanya saat masih di panti asuhan, dia memanggilnya “Lille Blomst”. Cinta pertama Villads, gadis kecil yang ditinggalkannya karena Villads harus pindah ke Amerika bersama keluarga angkatnya. Astilbe merasa dunia tak berpihak padanya, dia tahu Villads memiliki cinta di masa kecilnya, tapi dia tak menyangka jika Villads ternyata masih menyimpan dan mengingat gadis itu setelah sebelas tahun pisah.
Sungguhkah dirinya tidak ada di hati Villads?
Jadi Villads datang bukan untuk mengobati lukanya? Tapi malah menambah goresan luka dalam hatinya?—Astilbe
Kecewa? Pasti. Seseorang yang diharapkannya bisa mengobati luka hatinya, ternayata malah menyimpan cinta pada gadis yang sudah lama tidak ditemuinya.
Tapi semua itu berubah, kekecewaan dan keputusasaan yang dirasakan Astilbe untuk bisa memiliki Villads menemukan jalannya. Tuhan memberinya sela untuk meraih hati Villads, dengan memberinya kabar melalui ibunya jika pria itu telah mengalami kecelakaan dan hilang ingatan.
Villads hilang ingatan?
Apa ini kabar buruk, atau justru kabar baik?—Astilbe
Dari sanalah kisah mereka dimulai, antara Astilbe, Villads, dan Miyana si gadis masa lalu Villads, juga Mikkel kekasih Miyana.
Astilbe, demi ingin mendapatkan cinta dari Villads dia rela melakukan kebohongan. Memanfaatkan keadaan Villads yang tak mengingat apa-apa. Berharap Villads, seiring waktu bisa mencintainya, untuk itulah dia mengaku menjadi kekasih Villads.
Dari buku ini aku sadar, cinta memang membutakan seseorang. Mampu mengubah yang baik menjadi terlihat jahat, padahal sebenarnya tujuan mereka hanya ingin mendapat kebahagiaan. Berharap bisa bersatu dengan orang yang dicintainya. Apa itu salah? Tentu tidak, hanya saja keadaan dan caranya lah yang membuat itu tampak seperti kesalahan.
Astilbe, dia gadis yang baik sabar dan tidak berulah. Dia ingin merasa bahagia, dicintai dengan tulus, diterima dengan segala kekuarangan dan kelebihannya. Dan cinta membuatnya menjadi seorang gadis yang bertekad, rela mengambil resiko demi satu tujuan.
Mengajarkanku, jika suatu kebahagiaan yang diawali dengan ketidakjujuran tidak akan berlangsung lama. Dan menyadarkanku bahwa kita tidak selamanya bisa menjalankan skenario yang telah kita buat, tidak bisa pula memaksakan hati untuk bersama siapa pada akhirnya. Satu kebohongan hanya akan melahirkan kebohongan yang lain untuk menutupi kebohongan sebelumnya, bukankah begitu pepatah mengatakan?
“Hidup itu pilihan. Ya, kita dapat memilih apa pun di dunia ini. Tapi sayang, kita tak dapat memilih takdir.”—Astilbe
Aku pribadi menyukai tokoh Astilbe. Aku tak tega, dia terlalu banyak menderita. Namun disisi lain aku merasa kasihan dengan Miyana. Lalu Villads, dia membuatku merasa ingin bertemu dengan seorang pria yang tulus dan penuh kesetiaan seperti dirinya.
Jujur, aku nangis membaca novel ini. Aku menangis untuk Astilbe. Aku geram pada takdir mereka. Sepuluh bintang untuk Mbak Mufi yang selalu menciptakan karya yang menyentuh dan mengobrak-abrik emosi pembaca.
Astilbe berhasil mencuri perhatianku sejak awal Mbak Mufi melakukan promosi, dan kemarin aku baru bisa mendapatkannya.
Terima kasih Mbak Mufidatun Fauziyah. Untuk karyanya yang menginspirasi, untuk qoute serta semangatnya. I love you..
Ini buku rekomended banget buat kalian yang menyukai cerita romance yang menguras emosi. Bahasanya santai, setting tempat yang terasa nyata, alur yang tidak terlalu lamban juga tidak terlalu cepat membuat pembaca merasa nyaman dan benar-benar mengalir ketika membaca. Tahu-tahu udah halaman terakhir aja. xD
Astilbe, karya kedua dari Mbak Mufi yang saya baca benar-benar keren!!!
Aku suka. Sangat suka!
Salam manis untuk Mbak Mufi, terus semangat dan berkarya yah.. ditunggu novel berikutnya~~~

Kudus, 28 April 2015.
@MouMouelf_
Fajriyah. Kh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar