Sedikit Cerita Tentang Astilbe.
a novel by Mufidatun Fauziyah
Selasa,
11:30 WIB.
Siang ini, aku baru saja menyelesaikan bacaan terbaru. Novel yang
baru saja kubeli kemarin di Jogja saat acara #KampusFiksiEmas. Astilbe, novel
karya Mufidatun Fauziyah, yang sebenarnya sudah sejak lama aku incar karena
merasa penasaran dengan karya terbaru penulis novel Notes to You itu.
Pertama membuka halam pertama, aku langsung merasa menyatu dengan
novel ini. “Bagaimana perasaanmu jika orang yang kau cintai bergandengan
tangan dengan gadis lain? Sakitkah? Tentu saja.Tak usah kau tanya seperti apa
rasa sakitnya. Yang pasti lebih sakit daripada saat hatimu ditusuk-tusuk
belati.”—Astilbe, hal: 7.
Seperti inilah bunyi paragraf pertama novel ini. lalu aku pun berpikir, ini memang ciri khas Mbak Mufi yang selalu mengawali paragraf dengan kalimat tanya atau quotes, membuatku semakin memiliki ‘feel’ dan penasaran untuk terus membacanya.
Seperti inilah bunyi paragraf pertama novel ini. lalu aku pun berpikir, ini memang ciri khas Mbak Mufi yang selalu mengawali paragraf dengan kalimat tanya atau quotes, membuatku semakin memiliki ‘feel’ dan penasaran untuk terus membacanya.
Novel ini mengisahkan tentang Astilbe. Seorang gadis Denmark yang
selalu mengalami kepahitan dalam kisah cintanya. Dia selalu disakiti,
dikecewakan oleh pria-pria yang mengencaninya. Karena Astilbe tipe gadis dengan
pembawaan yang lamban, bisa dikatakan dia gadis yang lelet dan memiliki
tampilan yang lemas, “Mayat Hidup” adalah julukan yang diterimanya dari
beberapa oarang di kampusnya, bahkan para pria yang mengencaninya pun
mengatakan hal itu. Untuk itulah, dia sering ditinggalkan kekasihnya, dimarahi
akibat kelambanannya.
“Kau tahu mengapa aku selingkuh Astilbe Valdemar? Karena aku tidak
tahan dengan pembawaanmu yang lemah itu. Aku seperti berpacaran dengan mayat
hidup. Kau menghabiskan waktuku untuk menunggumu. Sudah dua kali aku terlambat
kuliah gara-gara menunggu mandimu, makanmu, bahkan jalanmu yang superlama itu!”
“Apa... tidak bisa dipertahankan?”
Pemuda itu menggeleng. “Entahlah.”—Astilbe, hal: 8.
Sakit? Tentu saja, gadis mana yang tidak merasa terluka jika ada
seorang pria yang ia percayai akan mampu membahagiakan, dan memberi warna untuk
hidupnya berbicara seperti itu.
Bukankah, sebagian pria memiliki watak yang tidak sabaran dalam
menghadapi kelambatan seorang gadis? Ya seperti itulah. Sampai dia merasa putus
asa dan berharap seseorang yang berbeda menghampiri hidupnya. Mengisi
kekosongan hatinya dan juga mengobati lukanya.
Lalu seperti takdir yang sudah di gariskan oleh Tuhan. Astilbe
bertemu kembali dengan pria di masa kecilnya. Pria bermata toska yang
menggoyahkan hatinya, menggedor-gedor jantungnya setiap kali dirinya melihat
pria tersebut. Villads Adam, seseorang yang baru saja kembali dari Amerika
berhasil mengubah hidup Astilbe Valdemar. Membuat diri gadis itu keluar dari
dirinya yang sebelumnya.
Dulu, Astilbe tidak pernah, bahkan dia tidak bisa berbohong pada
siapa pun. Tapi karena Villads, dia rela melakukan kebohongan. Dia jatuh cinta
pada pria yang dulu pernah ia temui di belakang rumahnya. Anak laki-laki yang
dulu gendut, dan mengaku bernama Arthur itu kini telah berubah menjadi pemuda
yang tampan. Dialah Villads Adams, anak kecil yang dulu diangkat keluarga Adams
dari panti asuhan.
Namun sayang, hati Villads sudah terisi dengan nama lain. Tidak ada
ruang untuk menampung nama Astilbe di dalamnya. Villads menantikan gadis kecil
yang dulu selalu bersamanya saat masih di panti asuhan, dia memanggilnya “Lille
Blomst”. Cinta pertama Villads, gadis kecil yang ditinggalkannya karena Villads
harus pindah ke Amerika bersama keluarga angkatnya. Astilbe merasa dunia tak
berpihak padanya, dia tahu Villads memiliki cinta di masa kecilnya, tapi dia
tak menyangka jika Villads ternyata masih menyimpan dan mengingat gadis itu
setelah sebelas tahun pisah.
Sungguhkah dirinya tidak ada di hati Villads?
Jadi Villads datang bukan untuk mengobati lukanya? Tapi malah
menambah goresan luka dalam hatinya?—Astilbe
Kecewa? Pasti. Seseorang yang diharapkannya bisa mengobati luka
hatinya, ternayata malah menyimpan cinta pada gadis yang sudah lama tidak
ditemuinya.
Tapi semua itu berubah, kekecewaan dan keputusasaan yang dirasakan
Astilbe untuk bisa memiliki Villads menemukan jalannya. Tuhan memberinya sela
untuk meraih hati Villads, dengan memberinya kabar melalui ibunya jika pria itu
telah mengalami kecelakaan dan hilang ingatan.
Villads hilang ingatan?
Apa ini kabar buruk, atau justru kabar baik?—Astilbe
Dari sanalah kisah mereka dimulai, antara Astilbe, Villads, dan
Miyana si gadis masa lalu Villads, juga Mikkel kekasih Miyana.
Astilbe, demi ingin mendapatkan cinta dari Villads dia rela
melakukan kebohongan. Memanfaatkan keadaan Villads yang tak mengingat apa-apa.
Berharap Villads, seiring waktu bisa mencintainya, untuk itulah dia mengaku
menjadi kekasih Villads.
Dari buku ini aku sadar, cinta memang membutakan seseorang. Mampu
mengubah yang baik menjadi terlihat jahat, padahal sebenarnya tujuan mereka
hanya ingin mendapat kebahagiaan. Berharap bisa bersatu dengan orang yang
dicintainya. Apa itu salah? Tentu tidak, hanya saja keadaan dan caranya lah
yang membuat itu tampak seperti kesalahan.
Astilbe, dia gadis yang baik sabar dan tidak berulah. Dia ingin
merasa bahagia, dicintai dengan tulus, diterima dengan segala kekuarangan dan
kelebihannya. Dan cinta membuatnya menjadi seorang gadis yang bertekad, rela
mengambil resiko demi satu tujuan.
Mengajarkanku, jika suatu kebahagiaan yang diawali dengan
ketidakjujuran tidak akan berlangsung lama. Dan menyadarkanku bahwa kita tidak
selamanya bisa menjalankan skenario yang telah kita buat, tidak bisa pula
memaksakan hati untuk bersama siapa pada akhirnya. Satu kebohongan hanya akan
melahirkan kebohongan yang lain untuk menutupi kebohongan sebelumnya, bukankah
begitu pepatah mengatakan?
“Hidup itu pilihan. Ya, kita dapat memilih apa pun di dunia ini.
Tapi sayang, kita tak dapat memilih takdir.”—Astilbe
Aku pribadi menyukai tokoh Astilbe. Aku tak tega, dia terlalu
banyak menderita. Namun disisi lain aku merasa kasihan dengan Miyana. Lalu
Villads, dia membuatku merasa ingin bertemu dengan seorang pria yang tulus dan
penuh kesetiaan seperti dirinya.
Jujur, aku nangis membaca novel ini. Aku menangis untuk Astilbe.
Aku geram pada takdir mereka. Sepuluh bintang untuk Mbak Mufi yang selalu
menciptakan karya yang menyentuh dan mengobrak-abrik emosi pembaca.
Astilbe berhasil mencuri perhatianku sejak awal Mbak Mufi melakukan
promosi, dan kemarin aku baru bisa mendapatkannya.
Terima kasih Mbak Mufidatun Fauziyah. Untuk karyanya yang
menginspirasi, untuk qoute serta semangatnya. I love you..
Ini buku rekomended banget buat kalian yang menyukai cerita romance
yang menguras emosi. Bahasanya santai, setting tempat yang terasa nyata, alur
yang tidak terlalu lamban juga tidak terlalu cepat membuat pembaca merasa
nyaman dan benar-benar mengalir ketika membaca. Tahu-tahu udah halaman terakhir
aja. xD
Astilbe, karya kedua dari Mbak Mufi yang saya baca benar-benar
keren!!!
Aku suka. Sangat suka!
Salam manis untuk Mbak Mufi, terus semangat dan berkarya yah..
ditunggu novel berikutnya~~~
Kudus, 28 April 2015.
@MouMouelf_
Fajriyah. Kh.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar